Entamoeba histolytica
Entamoeba histolytica pertama kali ditemukan oleh Lösch (tahun 1875) dari tinja disentri seorang penderita di Leningrad, Rusia. Pada autopsi, Lössch menemukan E.histolytica bentuk trofozoit dalam ulkus usus besar, tetapi ia tidak mengalami hubungan kausal antar parasit ini dengan kelainan ulkus tersebut.
Pada tahun 1893 Quinche dan Roos menemukan E.histolytica bentuk kista, sedangkan Schaudin (1903) memberi nama spesies Entamoeba histolytica dan membedakannya dengan ameba yang juga hidup dalam usus besar yaitu Entamoeba coli.
Sepuluh tahun kemudian Walker dan Sellards di Filiphina membuktikan dengan eksperimen pada sukarelawan bahwa E.histolytica merupakan penyebab kolitis amebik dan E.coli merupakan parasit komensal dalam usus besar.
Distribusi geografik
Amebiasis terdapat di seluruh dunia (kosmopolit) terutama di daerah tropik dan daerah beriklim sedang.
Penyakit yang disebabkan
Amebiasis.
Hospes
Manusia.
Morfologi
Dalam siklusnya terdapat tiga bentuk yaitu:
Bentuk histolitika, minuta dan kista. Bentuk histolitika dan bentuk minuta adalah bentuk trofozoit.
(1) Bentuk histolitika :
Besarnya 20-40 mikron, inti Entamoeba ada satu dengan kariosom letak sentral, endoplasma dengan vakuol-vakuol (berbutir halus) biasanya tidak mengandung bakteri atau sisa makanan, tetapi mengandung sel darah merah, ada eritrosit, ektoplasma bening homogen terdapat di bagian tepi sel membentuk pseudopodium yang dapat dilihat dengan nyata. Pseudopodium yang dibentuk dari ektoplasma, besar dan lebar seperti daun, dibentuk dengan mendadak, pergerakannya cepat. Bentuk histolitika ini patogen dan dapat hidup dalam jaringan usus besar, hati, paru, otak, kulit dan vagina. Bentuk ini berkembangbiak secara belah pasang di jaringan dan dapat merusak jaringan tersebut, sesuai dengan nama spesiesnya Entamoeba histolytica (histo = jaringan, lysis = hancur).
(2) Bentuk minuta :
Bentuk minuta adalah bentuk pokok (esensial); tanpa bentuk minuta daur hidup tidak dapat berlangsung; Besarnya 10-20 mikron, mempunyai satu inti Entamoeba dengan kariosom letak sentral, endoplasma dengan vakuol-vakuol (berbutir-butir) yang tidak mengandung sel darah merah tetapi mengandung bakteri dan sisa makanan, tanpa eritrosit, ektoplasma tidak nyata dan hanya tampak jika membentuk pseudopodium. Pseudopodium dibentuk perlahan-lahan sehingga pergerakannya lambat.
(3) Bentuk kista :
Bentuk kista dibentuk di rongga usus besar; Besarnya 10-20 mikron, berbentuk bulat atau lonjong, mempunyai dinding kista, mempunyai satu atau empat inti, terlihat benda kromatoid besar menyerupai lisong, terdapat vakuol glikogen. Benda kromatoid dan vakuol glikogen dianggap sebagai makanan cadangan, karena itu terdapat pada kista muda. Pada kista matang, benda kromatoid dan vakuol glikogen biasanya tidak ada lagi. Bentuk kista ini tidak patogen, tetapi dapat merupakan bentuk infektif.
Bentuk kista dibentuk di rongga usus besar; Besarnya 10-20 mikron, berbentuk bulat atau lonjong, mempunyai dinding kista, mempunyai satu atau empat inti, terlihat benda kromatoid besar menyerupai lisong, terdapat vakuol glikogen. Benda kromatoid dan vakuol glikogen dianggap sebagai makanan cadangan, karena itu terdapat pada kista muda. Pada kista matang, benda kromatoid dan vakuol glikogen biasanya tidak ada lagi. Bentuk kista ini tidak patogen, tetapi dapat merupakan bentuk infektif.
Jadi, E. Histolytica tidak selalu menyebabkan penyakit. Bila tidak menyebabkan penyakit, ameba ini hidup sebagai bentuk minuta yang bersifat komensal di rongga usus besar, berkembangbiak secara belah pasang. Kemudian bentuk minuta dapat membentuk dinding dan berubah menjadi bentuk kista. Kista dikeluarkan bersama tinja.Dengan adanya dinding kista, bentuk kista dapat bertahan terhadap pengaruh buruk di luar badan manusia.Bila kista matang tertelan, kista tersebut sampai di lambung masih dalam keadaan utuh karena dinding kista tahan terhadap asam lambung. Di rongga usus halus dinding kista dicernakan, terjadi ekskistasi dan keluarlah bentuk-bentuk minuta yang masuk ke rongga usus besar. Bentuk minuta dapat berubah menjadi bentuk histolitika yang patogen dan hidup di mukosa usus besar dan dapat menimbulkan gejala. Dengan aliran darah, bentuk histolitika dapat tersebar ke jaringan hati, paru dan otak. Infeksi terjadi dengan menelan kista matang.
Daur hidup
Parasit ini mengalami fase pre dan meta dalam daur hidupnya yaitu:
Trophozoit—precyste—Cyste—metacyste—–metacyste trophozoit.
Trophozoit yang mengandung beberapa nukleus (uni nucleate trophozoit) kadang tinggal di bagian bawah usus halus, tetapi lebih sering berada di colon dan rectum dari orang atau monyet serta melekat pada mukosa. Hewan mamalia lain seperti anjing dan kucing juga dapat terinfeksi. Trophozoit yang motil berukuran 18-30 um bersifat monopodial (satu pseudopodia besar). Cytoplasma yang terdiri dari endoplasma dan ektoplasma, berisi vakuola makanan termasuk erytrocyt, leucocyte, sel epithel dari hospes dan bakteria. Di dalam usus trophozoit membelah diri secara asexual. Trophozoit menyusup masuk ke dalam mukosa usus besar di antara sel epithel sambil mensekresi enzim proteolytik. Di dalam dinding usus tersebut trophozoit terbawa aliran darah menuju hati, paru, otak dan organ lain. Hati adalah organ yang paling sering diserang selain usus. Di dalam hati trophozoit memakan sel parenkim hati sehingga menyebabkan kerusakan hati. Invasi amoeba selain dalam jaringan usus disebut amoebiasis sekunder atau ekstra intestinal. Trophozoit dalam intestinal akan berubah bentuk menjadi precystic. Bentuknya akan mengecil dan berbentuk spheric dengan ukuran 3,5-20 um. Bentuk cyste yang matang mengandung kromatoid untuk menyimpan unsur nutrisi glycogen yang digunakan sebagai sumber energi. Cyste ini adalah bentuk inaktif yang akan keluar melalui feses.
Cyste sangat tahan terhadap bahan kimia tertentu. Cyste dalam air akan bertahan sampai 1 bulan, sedangkan dalam feses yang mengering dapat bertahan sampai 12 hari. Bila air minum atau makanan terkontaminasi oleh cyste E. histolytica, cyste akan masuk melalui saluran pencernaan menuju ileum dan terjadi excystasi, dinding cyste robek dan keluar amoeba “multinucleus metacystic” yang langsung membelah diri menjadi 8 uninucleat trophozoit muda disebut “amoebulae”. Amoebulae bergerak ke usus besar, makan dan tumbuh dan membelah diri asexual. Multiplikasi (perbanyakan diri) dari spesies ini terjadi dua kali dalam masa hidupnya yaitu: membelah diri dengan “binary fission” dalam usus pada fase trophozoit dan pembelahan nukleus yang diikuti dengan cytokinesis dalam cyste pada fase metacystic.
Patologi Klinis
E. histolytica adalah spesies amoeba yang paling unik dan berbahaya diantara spesies amoeba lainnya yang menginfeksi orang. Hal tersebut karena protozoa ini mempunyai kemampuan untuk menghidrolisis jaringan hospes (histo=jaringan, lytic=lysis). Sekali amoeba ini berkontak dengan mukosa, parasit ini mensekresi enzim proteolytic/ cystein proteinase yang disebut histolisin, sehingga organisme ini dapat berpenetrasi ke dalam epithelium kemudian ke jaringan yang lebih dalam.Kemudian bentuk histolitika memasuki submukosa dengan menembus lapisan muskularis mukosa, bersarang di submukosa dan membuat kerusakan yang lebih luas daripada di mukosa usus. Akibatnya terjadi luka yang disebut ulkus ameba,
Dibedakan atas:
(a) Intestinal: akut dan kronik.
(b) Ekstra intestinal: hati, paru, kulit, vagina, penis, dan otak. Terjadi karena metastasis dari jaringan hati. Di mana semua kasus terjadi berasal dari absces jaringan hati. Ada ulkus ameba di bagian mukosa. Bentuk histolitika ditemukan di dasar dan dinding ulkus. Tinja bercampur lendir dan darah. Predileksi di daerah sekum, rektum, dan signoid.
Bentuk klinis yang dikenal adalah :
1. Amebiasis intestinal (amebiasis usus, amebiasis kolon)
Dasar penyakit ialah radang usus besar dengan ulkus-ulkus (borok) yang menggaung, disebut juga kolitis ulserosa amebik. Terjadi pertama di daerah caecum, appendix, colon ascenden dan berkembang ke colon lainnya. Bila sejumlah parasit ini menyerang mukosa akan menimbulkan ulcus(borok), yang mempercepat kerusakan mukosa. Lapisan muskularis usus biasanya lebih tahan. Biasanya lesi akan terhenti didaerah membran basal dari muskularis mukosa dan kemudian terjadi erosi lateral dan berkembang menjadi nekrosis. Jaringan tersebut akan cepat sembuh bila parasit tersebut dihancurkan (mati). Pada lesi awal biasanya tidak terjadi komplikasi dengan bakteri. Pada lesi yang lama (kronis) akan diikuti infeksi sekunder oleh bakteri dan dapat merusak muskularis mukosa, infiltrasi ke submukosa dan bahkan berpenetrasi ke lapisan muskularis dan serosa.Terjadinya kasus trophozoit terbawa aliran darah dan limfe ke lokasi lain dari tubuh, menyebabkan terjadinya lesi pada organ lain. Tingginya angka kematian karena penyakit ini disebabkan oleh robeknya colon bersamaan dengan terjadinya peritonitis.
Amebiasis intestinal terdiri atas :
(a) Amebiasis kolon akut,
bila gejalanya berlangsung kurang dari 1 bulan. Amebiasis kolon akut atau disentri ameba (dysentria amoebica) mempunyai gejala yang jelas yaitu sindrom disentri yang merupakan kumpulan gejala terdiri atas diare (berak-berak encer) dengan tinja yang berlendir dan berdarah serta tenesmus anus (nyeri pada anus waktu buang air besar). Terdapat juga rasa tidak enak di perut dan mules. Bila tinja segar diperiksa, bentuk histolitika dapat ditemukan dengan mudah
(b) amebiasis kolon menahun,
bila gejalanya berlangsung lebih dari 1 bulan atau bila terjadi gejala yang ringan, diikuti oleh reaktivasi gejala akut secara periodik. Amebiasis kolon menahun mempunyai gejala yang tidak begitu jelas. Biasanya terdapat gejala sus yang ringan, antara lain rasa tidak enak di perut, diare yang diselingi dengan obstipasi (sembelit). Pada pemeriksaan tinja segar, bentuk histolitika sulit ditemukan, tetapi bentuk ini harus ditemukan untuk menetapkan diagnosis. Dalam hal ini perlu dilakukan pemeriksaan tinja yang berulang. Di sekitar ulkus yang disertai peradangan, dapat terjadi penebalan dinding usus, terutama di daerah sekum, kadang-kadang di sigmoid. Penebalan ini merupakan suatu granuloma, disebut juga ameboma. Gambaran histologi menunjukkan jaringan kolagen dan fibroblas dengan tanda peradangan menahun disertai granulasi.
2. Amebiasis ekstra-intestinal
Amebiasis kolon bila tidak diobati akan menjalar keluar dari usus dan menyebabkan amebiasis ekstra-intestinal. Hal ini dapat terjadi secara :
(a) hematogen (melalui aliran darah),
Cara hematogen terjadi bila ameba telah masuk di submukosa dibawa oleh aliran darah melalui venaporta ke hati kemudian memasuki kapiler darah menuju sinusoid hati dan menimbulkan abses hati. Kebanyakan abses terbentuk di lobus kanan hati, biasanya soliter. Abses berisi nanah yang berwarna coklat. Besarnya absces cukup bervariasi dari bentuk titik yang kemudian membesar sampai seperti buah anggur. Di tengah absces akan terlihat adanya cairan nekrosis, ditengahnya ada sel stroma hati dan bagian luarnya terlihat jaringan hati yang ditempeli oleh ameba. Bilamana absces pecah serpihan absces akan tersebar dan menginfeksi jaringan lainnya
(b) per kontinuitatum (secara langsung).
Cara per kontinuitatum terjadi bila abses hati tidak diobati sehingga abses pecah. Ameba yang keluar dapat menembus diafragma, masuk ke rongga pleura dan paru, menimbulkan abses paru. Abses hati dapat juga pecah ke dalam rongga perut dan menyebabkan peritonitis atau pecah ke dalam dinding perut, menembus dinding perut sampai ke kulit dan menimbulkan amebiasis kulit dinding perut. Amebiasis rektum bila tidak diobati dapat menyebar ke kulit di sekitar anus, menyebabkan amebiasis perianal; dapat juga menyebar ke perineum, menyebabkan amebiasis perineal atau ke vagina, menyebabkan amebiasis vagina. Di kulit dan vagina ameba ini menimbulkan ulkus.
Diagnosis
Ditemukan Entamoeba histolytica dalam tinja disentrik, biopsi dinding abses. Pemeriksaan serologis dapat menunjang diagnosis. Diagnosis terutama dilihat dari gejala klinis dan reaksi tes imunologi. Pemeriksaan dengan sinar x dapat mendiagnosis adanya absces dalam hati. Pemeriksaan sampel feses cukup baik dilakukan untuk mendiagnosis infeksi dalam usus. Pemeriksaan beberapa kali terhadap feses pasien untuk menemukan trophozoit cukup baik dilakukan. Diagnosis secara imunologik cukup baik hasilnya. Penggunaan teknik fluoerscens antibodi cukup baik tetapi tidak dapat membedakan antara E. histolytica dengan E. hartmanni.
1. Amebiasis kolon akut
Diagnosis klinis ditetapkan bila terdapat sindrom disentri disertai sakit perut (mules). Biasanya gejala diare berlangsung tidak lebih dari 10 kali sehari. Gejala tersebut dapat dibedakan dari gejala penyakit disentri basilaris. Pada disentri basilaris terdapat sindrom disentri dengan diare lebih sering, kadang-kadang lebih dari 10 kali sehari, terdapat juga demam sering, kadang-kadang sampai lebih dari 10 kali sehari, terdapat juga demam dan leukositosis. Diagnosis laboratorium ditegakkan dengan menemukan E.histolytica bentuk histolitika dalam tinja.
2. Amebiasis kolon menahun
Biasanya terdapat gejala diare yang ringan diselingi dengan obstipasi. Dapat juga terjadi suatu eksaserbasi akut dengan sindrom disentri. Diagnosis laboratorium ditegakkan dengan menemukan E.histolytica bentuk histolitika dalam tinja. Bila ameba tidak ditemukan, pemeriksaan tinja perlu diulangi 3 hari berturut-turut. Reaksi serologi perlu dilakukan untuk menunjang diagnosis. Proktoskopi dapat digunakan untuk melihat luka yang terdapat di rektum dan untuk melihat kelainan di sigmoid digunakan sigmoidoskopi.
3. Amebiasis hati
Secara klinis dapat dibuat diagnosis bila terdapat gejala berat badan menurun, badan terasa lemah, demam, tidak nafsu makan, disertai pembesaran hati yang nyeri tekan. Pada pemeriksaan radiologi biasanya didapatkan peninggian diafragma. Pemeriksaan darah menunjukkan adanya leukositosis. Diagnosis laboratorium ditegakkan dengan menemukan Entamoeba histolytica bentuk histolitika dalam biopsi dinding abses atau dalam aspirasi nanah abses. Bila ameba tidak ditemukan, dilakukan pemeriksaan serologi, antara lain tes hemaglutinasi tidak langsung atau tes imunodifusi.
Terapi
Beberapa obat cukup baik untuk membunuh koloni amebiasis yaitu:
- Asam arsanilik dan derivatnya
- iodichlor hydroxyquinolines
1. Emetin hidroklorida(Parenteral),
Obat ini berkhasiat terhadap bentuk histolitika. Pemberian emetin ini hanya efektif bila diberikan secara parental, karena pada pemberian secara oral absorpsinya tidak sempurna. Toksisitasnya relatif tinggi, terutama terhadap otot jantung. Dosis maksimum untuk orang dewasa adalah 65 mg sehari, sedangkan untuk anak di bawah 8 tahun, 10 mg sehari. Lama pengobatan 4 sampai 6 hari. Pada orang tua dan orang sakit berat, dosis harus dikurangi. Emetin tidak dianjurkan pada wanita hamil, pada penderita dengan gangguan jantung dan ginjal. Dehidroemetin relatif kurang toksik dibandingkan dengan emetin dan dapat diberikan secara oral. Dosis maksimum adalah 0,1 gram sehari, diberikan selama 4 sampai 6 hari. Emetin dan dehidroemetin efektif untuk pengobatan abses hati (amebiasis hati).
2. Klorokuin/ Chloroquine phosphat
Obat ini merupakan amebisid jaringan, berkhasiat terhadap bentuk histolitika. Efek samping dan efek toksiknya bersifat ringan, antara lain mual, muntah, diare, sakit kepala. Dosis untuk orang dewasa adalah 1 gram sehari selama 2 hari, kemudian 500 mg sehari selama 2 sampai 3 minggu. Obat ini juga efektif terhadap amebiasis hati.
3. Tetrasiklin dan eritromisin
Bekerja secara tidak langsung sebagai amebisid dengan mempengaruhi flora usus. Paramomisin bekerja langsung pada ameba. Dosis yang dianjurkan adalah 25 mg/kg berat badan/hari selama 5 hari, diberikan secara terbagi. Tetracycline, cukup baik, tetapi kurang baik untuk infeksi ectopic.
4. Niridazole,
Cukup efisien
5. Metronidazol (Nitroimidazol)
Merupakan obat pilihan, karena efektif terhadap bentuk histolitika dan bentuk kista. Efek sampingnya ringan, antara lain mual, muntah, dan pusing. Dosis untuk orang dewasa adalah 2 gram sehari selama 3 hari berturut-turut, diberikan secara terbagi. Metronidazole efektif terhadap amebiasis extra intestinal dan infeksi koloni (dosis 2g/hari, selama 3 hari). Metronidazol tablet 250 mg dan 500 mg dosis oral 3 X 750 mg/hari selama 5-10 hari
Pencegahan
Pencegahan penyakit amebiasis terutama ditujukan kepada kebersihan perorangan (personal hygiene) dan kebersihan lingkungan (environmental sanitation). Kebersihan perorangan antara lain adalah mencuci tangan dengan bersih sesudah mencuci anus dan sebelum makan. Kebersihan lingkungan meliputi: memasakn air minum sampai mendidih sebelum diminum, mencuci sayuran sampai bersih atau memasaknya sebelum dimakan, buang air besar di jamban, tidak menggunakan tinja manusia untuk pupuk, menutup dengan baik makanan yang dihidangkan untuk menghindari kontaminasi oleh lalat dan lipas, membuang sampah di tempat sampah yang ditutup untuk menghindari lalat.
Entamoeba Histolytica Trofozoit
Trofozoitnya memiliki ciri :
1. ukuran 10-60 μm
2. sitoplasma bergranular dan mengandung eritrosit, yang merupakan penanda penting untuk diagnosisnya
3. terdapat satu buah inti entamoeba, ditandai de-ngan karyosom padat yang terletak di tengah inti, serta kromatin yang tersebar di pinggiran inti
4. bergerak progresif dengan alat gerak ektoplasma yang lebar,disebut pseudopodia.
Entamoeba histolytica Kista
Kistanya memiliki ciri
1. bentuk memadat mendekati bulat, ukuran 10-20 μm
2. kista matang memiliki 4 buah inti entamoba
3. tidak dijumpai lagi eritrosit di dalam sito-plasma
4. kista yang belum ma-tang memiliki glikogen (chromatoidal bodies) berbentuk seperti cerutu, namun biasanya meng-hilang
setelah kista matang.
Entamoeba coli Trofozoit
Trofozoit ditandai dengan ciri-ciri morfologi berikut:
1. bentuk ameboid, ukuran 15-50 μm
2. sitoplasma mengandung banyak vakuola yang berisi bakteri, jamur dan debris (tanpa eritrosit)
3. nukleus dengan karyosom sentral dan kromatin mengelilingi pinggirannya
4. pseudopodia kurang lebar, sehingga tidak progresif dalam bergerak
Entamoeba coli Kista
Kista E. coli memiliki ciri-ciri berikut:
1. bentuk membulat dengan ukuran 10-35 μm
2. kista matang berisi 8-16 inti
3. chromatoidal bodies berupa batang-batang langsing yang menyerupai jarum
Daur hidup
Parasit ini mengalami fase pre dan meta dalam daur hidupnya yaitu:
Trophozoit—precyste—Cyste—metacyste—–metacyste trophozoit.
Trophozoit yang mengandung beberapa nukleus (uni nucleate trophozoit) kadang tinggal di bagian bawah usus halus, tetapi lebih sering berada di colon dan rectum dari orang atau monyet serta melekat pada mukosa. Hewan mamalia lain seperti anjing dan kucing juga dapat terinfeksi. Trophozoit yang motil berukuran 18-30 um bersifat monopodial (satu pseudopodia besar). Cytoplasma yang terdiri dari endoplasma dan ektoplasma, berisi vakuola makanan termasuk erytrocyt, leucocyte, sel epithel dari hospes dan bakteria. Di dalam usus trophozoit membelah diri secara asexual. Trophozoit menyusup masuk ke dalam mukosa usus besar di antara sel epithel sambil mensekresi enzim proteolytik. Di dalam dinding usus tersebut trophozoit terbawa aliran darah menuju hati, paru, otak dan organ lain. Hati adalah organ yang paling sering diserang selain usus. Di dalam hati trophozoit memakan sel parenkim hati sehingga menyebabkan kerusakan hati. Invasi amoeba selain dalam jaringan usus disebut amoebiasis sekunder atau ekstra intestinal. Trophozoit dalam intestinal akan berubah bentuk menjadi precystic. Bentuknya akan mengecil dan berbentuk spheric dengan ukuran 3,5-20 um. Bentuk cyste yang matang mengandung kromatoid untuk menyimpan unsur nutrisi glycogen yang digunakan sebagai sumber energi. Cyste ini adalah bentuk inaktif yang akan keluar melalui feses.
Cyste sangat tahan terhadap bahan kimia tertentu. Cyste dalam air akan bertahan sampai 1 bulan, sedangkan dalam feses yang mengering dapat bertahan sampai 12 hari. Bila air minum atau makanan terkontaminasi oleh cyste E. histolytica, cyste akan masuk melalui saluran pencernaan menuju ileum dan terjadi excystasi, dinding cyste robek dan keluar amoeba “multinucleus metacystic” yang langsung membelah diri menjadi 8 uninucleat trophozoit muda disebut “amoebulae”. Amoebulae bergerak ke usus besar, makan dan tumbuh dan membelah diri asexual. Multiplikasi (perbanyakan diri) dari spesies ini terjadi dua kali dalam masa hidupnya yaitu: membelah diri dengan “binary fission” dalam usus pada fase trophozoit dan pembelahan nukleus yang diikuti dengan cytokinesis dalam cyste pada fase metacystic.
Patologi Klinis
E. histolytica adalah spesies amoeba yang paling unik dan berbahaya diantara spesies amoeba lainnya yang menginfeksi orang. Hal tersebut karena protozoa ini mempunyai kemampuan untuk menghidrolisis jaringan hospes (histo=jaringan, lytic=lysis). Sekali amoeba ini berkontak dengan mukosa, parasit ini mensekresi enzim proteolytic/ cystein proteinase yang disebut histolisin, sehingga organisme ini dapat berpenetrasi ke dalam epithelium kemudian ke jaringan yang lebih dalam.Kemudian bentuk histolitika memasuki submukosa dengan menembus lapisan muskularis mukosa, bersarang di submukosa dan membuat kerusakan yang lebih luas daripada di mukosa usus. Akibatnya terjadi luka yang disebut ulkus ameba,
Dibedakan atas:
(a) Intestinal: akut dan kronik.
(b) Ekstra intestinal: hati, paru, kulit, vagina, penis, dan otak. Terjadi karena metastasis dari jaringan hati. Di mana semua kasus terjadi berasal dari absces jaringan hati. Ada ulkus ameba di bagian mukosa. Bentuk histolitika ditemukan di dasar dan dinding ulkus. Tinja bercampur lendir dan darah. Predileksi di daerah sekum, rektum, dan signoid.
Bentuk klinis yang dikenal adalah :
1. Amebiasis intestinal (amebiasis usus, amebiasis kolon)
Dasar penyakit ialah radang usus besar dengan ulkus-ulkus (borok) yang menggaung, disebut juga kolitis ulserosa amebik. Terjadi pertama di daerah caecum, appendix, colon ascenden dan berkembang ke colon lainnya. Bila sejumlah parasit ini menyerang mukosa akan menimbulkan ulcus(borok), yang mempercepat kerusakan mukosa. Lapisan muskularis usus biasanya lebih tahan. Biasanya lesi akan terhenti didaerah membran basal dari muskularis mukosa dan kemudian terjadi erosi lateral dan berkembang menjadi nekrosis. Jaringan tersebut akan cepat sembuh bila parasit tersebut dihancurkan (mati). Pada lesi awal biasanya tidak terjadi komplikasi dengan bakteri. Pada lesi yang lama (kronis) akan diikuti infeksi sekunder oleh bakteri dan dapat merusak muskularis mukosa, infiltrasi ke submukosa dan bahkan berpenetrasi ke lapisan muskularis dan serosa.Terjadinya kasus trophozoit terbawa aliran darah dan limfe ke lokasi lain dari tubuh, menyebabkan terjadinya lesi pada organ lain. Tingginya angka kematian karena penyakit ini disebabkan oleh robeknya colon bersamaan dengan terjadinya peritonitis.
Amebiasis intestinal terdiri atas :
(a) Amebiasis kolon akut,
bila gejalanya berlangsung kurang dari 1 bulan. Amebiasis kolon akut atau disentri ameba (dysentria amoebica) mempunyai gejala yang jelas yaitu sindrom disentri yang merupakan kumpulan gejala terdiri atas diare (berak-berak encer) dengan tinja yang berlendir dan berdarah serta tenesmus anus (nyeri pada anus waktu buang air besar). Terdapat juga rasa tidak enak di perut dan mules. Bila tinja segar diperiksa, bentuk histolitika dapat ditemukan dengan mudah
(b) amebiasis kolon menahun,
bila gejalanya berlangsung lebih dari 1 bulan atau bila terjadi gejala yang ringan, diikuti oleh reaktivasi gejala akut secara periodik. Amebiasis kolon menahun mempunyai gejala yang tidak begitu jelas. Biasanya terdapat gejala sus yang ringan, antara lain rasa tidak enak di perut, diare yang diselingi dengan obstipasi (sembelit). Pada pemeriksaan tinja segar, bentuk histolitika sulit ditemukan, tetapi bentuk ini harus ditemukan untuk menetapkan diagnosis. Dalam hal ini perlu dilakukan pemeriksaan tinja yang berulang. Di sekitar ulkus yang disertai peradangan, dapat terjadi penebalan dinding usus, terutama di daerah sekum, kadang-kadang di sigmoid. Penebalan ini merupakan suatu granuloma, disebut juga ameboma. Gambaran histologi menunjukkan jaringan kolagen dan fibroblas dengan tanda peradangan menahun disertai granulasi.
2. Amebiasis ekstra-intestinal
Amebiasis kolon bila tidak diobati akan menjalar keluar dari usus dan menyebabkan amebiasis ekstra-intestinal. Hal ini dapat terjadi secara :
(a) hematogen (melalui aliran darah),
Cara hematogen terjadi bila ameba telah masuk di submukosa dibawa oleh aliran darah melalui venaporta ke hati kemudian memasuki kapiler darah menuju sinusoid hati dan menimbulkan abses hati. Kebanyakan abses terbentuk di lobus kanan hati, biasanya soliter. Abses berisi nanah yang berwarna coklat. Besarnya absces cukup bervariasi dari bentuk titik yang kemudian membesar sampai seperti buah anggur. Di tengah absces akan terlihat adanya cairan nekrosis, ditengahnya ada sel stroma hati dan bagian luarnya terlihat jaringan hati yang ditempeli oleh ameba. Bilamana absces pecah serpihan absces akan tersebar dan menginfeksi jaringan lainnya
(b) per kontinuitatum (secara langsung).
Cara per kontinuitatum terjadi bila abses hati tidak diobati sehingga abses pecah. Ameba yang keluar dapat menembus diafragma, masuk ke rongga pleura dan paru, menimbulkan abses paru. Abses hati dapat juga pecah ke dalam rongga perut dan menyebabkan peritonitis atau pecah ke dalam dinding perut, menembus dinding perut sampai ke kulit dan menimbulkan amebiasis kulit dinding perut. Amebiasis rektum bila tidak diobati dapat menyebar ke kulit di sekitar anus, menyebabkan amebiasis perianal; dapat juga menyebar ke perineum, menyebabkan amebiasis perineal atau ke vagina, menyebabkan amebiasis vagina. Di kulit dan vagina ameba ini menimbulkan ulkus.
Diagnosis
Ditemukan Entamoeba histolytica dalam tinja disentrik, biopsi dinding abses. Pemeriksaan serologis dapat menunjang diagnosis. Diagnosis terutama dilihat dari gejala klinis dan reaksi tes imunologi. Pemeriksaan dengan sinar x dapat mendiagnosis adanya absces dalam hati. Pemeriksaan sampel feses cukup baik dilakukan untuk mendiagnosis infeksi dalam usus. Pemeriksaan beberapa kali terhadap feses pasien untuk menemukan trophozoit cukup baik dilakukan. Diagnosis secara imunologik cukup baik hasilnya. Penggunaan teknik fluoerscens antibodi cukup baik tetapi tidak dapat membedakan antara E. histolytica dengan E. hartmanni.
1. Amebiasis kolon akut
Diagnosis klinis ditetapkan bila terdapat sindrom disentri disertai sakit perut (mules). Biasanya gejala diare berlangsung tidak lebih dari 10 kali sehari. Gejala tersebut dapat dibedakan dari gejala penyakit disentri basilaris. Pada disentri basilaris terdapat sindrom disentri dengan diare lebih sering, kadang-kadang lebih dari 10 kali sehari, terdapat juga demam sering, kadang-kadang sampai lebih dari 10 kali sehari, terdapat juga demam dan leukositosis. Diagnosis laboratorium ditegakkan dengan menemukan E.histolytica bentuk histolitika dalam tinja.
2. Amebiasis kolon menahun
Biasanya terdapat gejala diare yang ringan diselingi dengan obstipasi. Dapat juga terjadi suatu eksaserbasi akut dengan sindrom disentri. Diagnosis laboratorium ditegakkan dengan menemukan E.histolytica bentuk histolitika dalam tinja. Bila ameba tidak ditemukan, pemeriksaan tinja perlu diulangi 3 hari berturut-turut. Reaksi serologi perlu dilakukan untuk menunjang diagnosis. Proktoskopi dapat digunakan untuk melihat luka yang terdapat di rektum dan untuk melihat kelainan di sigmoid digunakan sigmoidoskopi.
3. Amebiasis hati
Secara klinis dapat dibuat diagnosis bila terdapat gejala berat badan menurun, badan terasa lemah, demam, tidak nafsu makan, disertai pembesaran hati yang nyeri tekan. Pada pemeriksaan radiologi biasanya didapatkan peninggian diafragma. Pemeriksaan darah menunjukkan adanya leukositosis. Diagnosis laboratorium ditegakkan dengan menemukan Entamoeba histolytica bentuk histolitika dalam biopsi dinding abses atau dalam aspirasi nanah abses. Bila ameba tidak ditemukan, dilakukan pemeriksaan serologi, antara lain tes hemaglutinasi tidak langsung atau tes imunodifusi.
Terapi
Beberapa obat cukup baik untuk membunuh koloni amebiasis yaitu:
- Asam arsanilik dan derivatnya
- iodichlor hydroxyquinolines
1. Emetin hidroklorida(Parenteral),
Obat ini berkhasiat terhadap bentuk histolitika. Pemberian emetin ini hanya efektif bila diberikan secara parental, karena pada pemberian secara oral absorpsinya tidak sempurna. Toksisitasnya relatif tinggi, terutama terhadap otot jantung. Dosis maksimum untuk orang dewasa adalah 65 mg sehari, sedangkan untuk anak di bawah 8 tahun, 10 mg sehari. Lama pengobatan 4 sampai 6 hari. Pada orang tua dan orang sakit berat, dosis harus dikurangi. Emetin tidak dianjurkan pada wanita hamil, pada penderita dengan gangguan jantung dan ginjal. Dehidroemetin relatif kurang toksik dibandingkan dengan emetin dan dapat diberikan secara oral. Dosis maksimum adalah 0,1 gram sehari, diberikan selama 4 sampai 6 hari. Emetin dan dehidroemetin efektif untuk pengobatan abses hati (amebiasis hati).
2. Klorokuin/ Chloroquine phosphat
Obat ini merupakan amebisid jaringan, berkhasiat terhadap bentuk histolitika. Efek samping dan efek toksiknya bersifat ringan, antara lain mual, muntah, diare, sakit kepala. Dosis untuk orang dewasa adalah 1 gram sehari selama 2 hari, kemudian 500 mg sehari selama 2 sampai 3 minggu. Obat ini juga efektif terhadap amebiasis hati.
3. Tetrasiklin dan eritromisin
Bekerja secara tidak langsung sebagai amebisid dengan mempengaruhi flora usus. Paramomisin bekerja langsung pada ameba. Dosis yang dianjurkan adalah 25 mg/kg berat badan/hari selama 5 hari, diberikan secara terbagi. Tetracycline, cukup baik, tetapi kurang baik untuk infeksi ectopic.
4. Niridazole,
Cukup efisien
5. Metronidazol (Nitroimidazol)
Merupakan obat pilihan, karena efektif terhadap bentuk histolitika dan bentuk kista. Efek sampingnya ringan, antara lain mual, muntah, dan pusing. Dosis untuk orang dewasa adalah 2 gram sehari selama 3 hari berturut-turut, diberikan secara terbagi. Metronidazole efektif terhadap amebiasis extra intestinal dan infeksi koloni (dosis 2g/hari, selama 3 hari). Metronidazol tablet 250 mg dan 500 mg dosis oral 3 X 750 mg/hari selama 5-10 hari
Pencegahan
Pencegahan penyakit amebiasis terutama ditujukan kepada kebersihan perorangan (personal hygiene) dan kebersihan lingkungan (environmental sanitation). Kebersihan perorangan antara lain adalah mencuci tangan dengan bersih sesudah mencuci anus dan sebelum makan. Kebersihan lingkungan meliputi: memasakn air minum sampai mendidih sebelum diminum, mencuci sayuran sampai bersih atau memasaknya sebelum dimakan, buang air besar di jamban, tidak menggunakan tinja manusia untuk pupuk, menutup dengan baik makanan yang dihidangkan untuk menghindari kontaminasi oleh lalat dan lipas, membuang sampah di tempat sampah yang ditutup untuk menghindari lalat.
Entamoeba Histolytica Trofozoit
Trofozoitnya memiliki ciri :
1. ukuran 10-60 μm
2. sitoplasma bergranular dan mengandung eritrosit, yang merupakan penanda penting untuk diagnosisnya
3. terdapat satu buah inti entamoeba, ditandai de-ngan karyosom padat yang terletak di tengah inti, serta kromatin yang tersebar di pinggiran inti
4. bergerak progresif dengan alat gerak ektoplasma yang lebar,disebut pseudopodia.
Entamoeba histolytica Kista
Kistanya memiliki ciri
1. bentuk memadat mendekati bulat, ukuran 10-20 μm
2. kista matang memiliki 4 buah inti entamoba
3. tidak dijumpai lagi eritrosit di dalam sito-plasma
4. kista yang belum ma-tang memiliki glikogen (chromatoidal bodies) berbentuk seperti cerutu, namun biasanya meng-hilang
setelah kista matang.
Entamoeba coli Trofozoit
Trofozoit ditandai dengan ciri-ciri morfologi berikut:
1. bentuk ameboid, ukuran 15-50 μm
2. sitoplasma mengandung banyak vakuola yang berisi bakteri, jamur dan debris (tanpa eritrosit)
3. nukleus dengan karyosom sentral dan kromatin mengelilingi pinggirannya
4. pseudopodia kurang lebar, sehingga tidak progresif dalam bergerak
Entamoeba coli Kista
Kista E. coli memiliki ciri-ciri berikut:
1. bentuk membulat dengan ukuran 10-35 μm
2. kista matang berisi 8-16 inti
3. chromatoidal bodies berupa batang-batang langsing yang menyerupai jarum
2 Comentários:
Hello.
The thing I really want to ask u is:
WHy should you make and clone the design I have exclusively made for my blog? Don't you have another ideas to make the template look different with mine? Why haven't you asked any question before?
Hope blogging is a creative ideas, and not stealing another blog's design.
Regards.
Ini warning pertama.
Posting Komentar